Jembatan Ampera Icon Kota Palembang
Jembatan Ampera Icon Kota Palembang – Berdiri tegak diatas Sungai Musi, Jembatan Ampera menjadi salah satu penghubung dua daerah dari kota Palembang dan hampir selalu ramai setiap waktunya. Jembatan yang menjadi salah satu icon dari Kota Palembang ini memiliki ukuran panjang 1.117 m, lebar 22 m dan tinggi menara dari permukaan tanah 63 m, sementara tinggi jembatan dari permukaan air 11,5 m serta beratnya mencapai 944 ton.
Ide pembuatan jembatan ini telah sejak Belanda masih menjajah Indonesia, ditahun 1906 ketika walikota Palembang dijabat oleh Le Cocq de Ville. Namun hingga Belanda pergi dari Indonesia rencana ini belum terealisasi. Lalu pada tahun 1957 dilakukanlah pendekatan kepada Bung Karno untuk menyetujui dibangunnya Jembatan yang awalnya diberi nama Jembatan Musi, yang akhirnya berhasil disetujui dengan syarat adanya taman terbuka dikedua ujung jembatan nantinya.
Jembatanpun mulai dibangun pada April 1962 yang biayanya diambil dari dana pampasan perang Jepang dikala itu serta pembangunanya menggunakan tenaga ahli dari Jepang. Terlepas dari rencana awal, akhirnya Jembatan ini diberi nama Jembatan Bung Karno awalnya sebagai bentuk penghargaan atas Presiden RI pertama tersebut dimana beliau telah serius memperjuangkan keinginan masyarakat Palembang untuk memiliki sebuah jembatan yang dapat mempermudah transportasi disaat itu. Jembatan ini pun diresmikan pada tahun 1965 yang mana pada saat itu, Jembatan Bung Karno sempat menjadi Jembatan Terpanjang se-Asia Tenggara. Namun pada tahun 1966 seiring pergolakan politik yang kencang pada waktu itu, mengakibatkan perubahan nama Jembatan menjadi Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari AManat PEnderitaan RAkyat. Meskipun pada tahun 2002 terdapat usulan untuk kembali mengubah nama jembatan ini menjadi nama awal Bung Karno, sayangnya tidak mendapat persetujuan dari pemerintah dan masyarakat kota Palembang.
Menurut info yang palembanginfo.com dapatkan, dulu Jembatan Ampera ini dibagian tengahnya bisa diangkat keatas sehingga kapal-kapal yang memiliki layar yang tinggi bisa lewat dari bawah jembatan ini, dengan adanya mekanisme pengangkat berupa 2 bandul seberat 500 ton dimasing-masing menaranya yang mampu menarik jembatan berkecepatan 10 m per menit sehingga membutuhkan 30 menit untuk mengangkat jembatan sepenuhnya. Maksimum ukuran kapal yang bisa melewati Jembatan Ampera ini berukuran lebar 60 m dan tinggi 44,5 m. Namun sejak 1970 aktivitas ini tidak dilakukan lagi karena dapat mengganggu lalu lintas dibagian atas jembatan. Sehingga kapal-kapal yang bisa melewati Jembatan Ampera ini harus berukuran maksimum tingginya 9 m dari permukaan sungai. Akhirnya pada tahun 1990 kedua bandul tadi diturunkan dari menara jembatan karena dikhawatirkan dapat jatuh kebawah.
Ketika pada event-event tertentu, Jembatan Ampera kerap ditutup untuk menghindari kemacetan yang panjang. Seperti ketika Hari Raya Idul Fitri, beberapa jam sebelum Sholat Ied dilakukan, biasanya daerah Jembatan Ampera ditutup sementara hingga aktivitas ibadah selesai dilakukan.